Home » » Hijab is my right, my choice, my freedom

Hijab is my right, my choice, my freedom


Tanpa terasa air mata Nia mengalir, dadanya sesak oleh rasa haru yang menghentak luar biasa. Tangisnya meledak, Nia keluar ruangan menuju rest room dan membiarkan semua air matanya tumpah berderai tanpa ingin membendungnya kembali.
Teringat percakapan kemarin sore bersama sahabat sekaligus guru kehidupannya, Ibnu. Ya, Ibnu yang menyadarkan Nia akan hijab. Semalaman Nia merenung dan pagi ini Nia memutuskan ke kantor menggunakan hijab. Sebelum berangkat ke kantor, Nia menghubungi Ibnu dan beberapa orang teman yang dianggapnya mampu memberikan kekuatan pada keputusan Nia kali ini.
”Mas, aku penuhi janjiku kepadamu. Aku ke kantor berhijab pagi ini, mohon doanya ya, aku siap dengan semua konsekuensi yang akan aku terima di kantor”
”Janganlah engkau berhijab karenaku, semoga tetap istiqomah ya...”
”Mas yang menyadarkanku akan arti hijab buat seorang wanita”
”Luruskan niat, Nia”
”Iya mas, makasih ya mas...”
Sesampainya di kantor, seluruh temannya takjub dengan keberanian Nia mengenakan hijab ke kantor.
”Nia, benar ini kamu?”
“Nia, kamu sanggup dengan konsekuensi yang akan kamu dapatkan?”
“Nia, kamu yakin berhijab?”
Begitu banyak pertanyaan teman – teman Nia, mereka mengkhawatirkan posisi Nia.
”Tetap tenang ya, Cyin, in shaa Allah semua akan baik – baik saja, dan aku siap dengan semua konsekuensi yang akan aku dapatkan”, jawab Nia dengan senyum menawan.
Pukul 11.00 ruangan Direksi masih kosong, Nia dag dig dug duduk di mejanya sambil menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan siang ini.
Tidak lama berselang, Mbak Ve, atasan Nia datang. Dari jauh Mbak Ve memperhatikan Nia kemudian diam sebentar di depan meja Nia sambil berkata ”Nia, yakin ini kamu? Kamu serius? Ikut ke ruangan saya”.  ”Baik Mbak”, Nia mengikuti Mbak Ve masuk ke ruangannya.
”Nia, to the point saja ya... kamu tahu kan peraturan tidak tertulis dalam perusahaan ini?”
”Ya Mbak, saya tahu”.
”Terus kenapa masih kamu langgar juga? Kamu tahu kan aku memperjuangkanmu untuk promosi jabatan tahun ini?”
”Ya Mbak, terima kasih telah mempromosikan saya”.
”Sia – sia yang saya lakukan jika kamu seperti ini, tolonglah Nia, mengerti saya. Sekarang kamu ke toilet dan lepas semua baju pengajianmu sebelum Direksi datang dan memanggilmu”.
”Mohon maaf, mbak, hijab yang saya kenakan tidak mengganggu pekerjaan saya. Saya masih tetap bisa melakukan pekerjaan saya dengan baik”.
”Nia, jangan keras kepala. Lepas!”
”Maaf mbak, tidak bisa”
”Keluar kamu dari ruangan saya!”
Nia keluar ruangan dengan sedikit gontai, kembali duduk dan meneruskan kembali pekerjaannya. Tak lama berselang, Direksi datang. Tidak ada komentar apapun, lewat depan meja Nia sambil berkata nyinyir ”Kesambet apa lu Nia ke kantor atau mau pengajian”. Nia diam menatap Direksi sambil tersenyum.
Tepat pukul 12.00 Nia dipanggil masuk ruang Direksi. Di dalam ruangan telah menunggu Direksi, Mbak Ve, dan beberapa Manajer.
”Nia, kamu tahu kenapa kamu saya panggil ke sini?”
”Karena pakaian saya hari ini pak”
”Kamu juga tahu kan, saat ini ada pengurangan karyawan hampir 350 orang di perusahaan ini?”
”Ya pak, saya tahu. Jadi maksud bapak memanggil saya ke sini, apakah saya masuk dalam pengurangan karyawan tersebut?”
”Tidak, tidak, justru kami dari Manajemen memberikan promosi buat Nia tahun ini. Tapi tolonglah patuhi peraturan yang sudah ada, tolong ya kamu ke toilet, ganti itu baju kamu”.
”Mohon maaf pak, tidak bisa.”
Tanpa basa – basi sedikit pun, Direksi memanggil Manager HRD
”Cahyo, tarik kembali promosi atas nama Nidya Sarah Amalia, batalkan semua budget atas namanya, tarik semua fasilitas perusahaan yang ada padanya”.
”Nia, segera serah terima proyek launching produk yang kamu handle ke Inez, dia yang akan melanjutkan semua pekerjaan kamu”.
”Baik pak, apa ada yang masih mau disampaikan? Jika tidak, saya permisi”
Meskipun Nia sudah siap dengan semua konsekuensi yang akan didapatkannya, namun ternyata ia masih shock dan tidak percaya akan mengalami semua itu pada hari ini. Nia terduduk di atas sajadah, kedua matanya terpejam dan kedua sudut matanya kembali mengalirkan tetesan bening seperti embun. “Haruskah ku gadaikan harga diri dan hidupku di perusahaan ini?”, rintih Nia dalam hati.
Orangnya sudah cantik ditambah jilbab, wow, luar biasa seperti bidadari turun dari surga, cahaya pesonamu mengalahkan cahaya yang dipantulkan mentari di siang hari. - BBM dari sahabatku membuatku tersenyum getir.
Bahagia dan bersyukur mbak Nia, Allah sayang mbak. Mungkin ini jalan dari Allah agar mbak segera keluar dari perusahaan ini dan menjadi pengusaha sukses. - BBM teman lainnya.
***
Sudah hampir satu bulan Nia bertahan di kantor dengan kondisi tidak menentu dan tekanan dari atasannya. Semua proyek dan pekerjaan yang biasa dia kerjakan sudah diserahterimakan ke rekan – rekan kerjanya. Jikapun masuk kantor, Nia hanya duduk diam menatap layar komputer di depannya sambil sesekali membantu pekerjaan yang telah diserahterimakan tersebut.
Keputusannya sudah bulat, Nia akan menghadap Dewan Direksi dan hari ini adalah hari terakhir Nia bekerja di kantor ini.
”Selamat pagi, bisa minta waktu bapak sebentar?” Nia termangu di depan ruang Direksi.
”Masuk Nia, bagaimana, kamu sudah berubah pikiran? Tidak enak kan diabaikan sama teman – temanmu?”
”Mohon maaf sebelumnya, sesuai peraturan perusahaan, seorang karyawan bisa diproses pengunduran dirinya dalam jangka waktu 30 hari, dan hari ini sudah hari ke 31, saya pamit pak. Terima kasih telah diberi kesempatan untuk bergabung di perusahaan ini”.
Nia keluar ruangan dengan perasaan lega, kemudian berpamitan dengan rekan – rekan kerjanya. Tangis haru mengiringi pengunduran diri Nia dari kantor tersebut. Nia memantapkan hati mengundurkan diri dari perusahaan demi hijabnya.
Hari ini adalah hari ketiga Nia mengundurkan diri dari kantor. Nia kembali mendapat undangan dari Direksi. Nia menghembuskan nafas, memastikan bahwa niatnya masih benar, memasrahkan semua pada Allah. Memejamkan mata sebentar, Nia meringankan langkahnya menuju ruangan Direksi. Hari ini semua senior leader hadir. Ada seorang wanita berpenampilan rapi yang tidak Nia kenal duduk di samping Direksi.
"Hari ini, untuk kemajuan perusahaan, jajaran direksi telah menunjuk Ibu Niken menggantikan Bapak Gunawan. Bapak Gunawan akan terus melanjutkan tugasnya di perseroan lain milik group"
Ibu Niken, wanita berkerudung itu kini menjadi Direksi. Nia bertasbih dan bertahmid, seiring harapan baru yang membuncah dari dalam dirinya. Allah selalu ada.

2 comments:

Nanung Nur Zula said...

wow perjuangan yang dahsyat

Feresiska Lim said...

Live Casino Online Terbesar & Terlengkap Indonesia !
Sbobet Casino - Maxbet Casino - 368Bet Casino - GD88 - CBO55 - WM Casino - SV388 Sexy Baccarat - Venus Casino
Bonus Rollingan 0.5% + 0.7%, Diberikan Pada Pemain Casino Baik Menang ataupun Kalah.
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www. bolavita .vip
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995

Post a Comment

 
Copyright © 2012 Inspirasi Wanita - All Rights Reserved
Supported by Kilas Info - Powered by Blogger